Pixel Codejatimnow.com

Berburu Entung Pohon Jati di Ponorogo

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Mita Kusuma
Warga Desa/Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo berburu entung (kepompong) ke dalam hutan jati
Warga Desa/Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo berburu entung (kepompong) ke dalam hutan jati

jatimnow.com - Musim penghujan tiba dimanfaatkan oleh warga Desa/Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo dengan berburu kepompong atau biasa disebut entung ke dalam hutan jati.

Walaupun terlihat mudah, sebenarnya sulit untuk mendapatkannya. Warga yang datang ke hutan jati di Desa/Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo harus berhati-hati saat berburu kepompong.

Pasalnya, kepompong tersebut terbungkus oleh daun jati. Jika tidak hati-hati, bisa saja warga yang berburu kepompong malah terkena binatang lain. Sebut saja kalajengking, ulat bulu maupun ular berbisa.

"Mudah-mudah susah kalau berburu entung (kepompong itu)," kata Slamet kepada jatimnow.com saat ditemui di lokasi, Minggu (6/1/2019).

Ia mengaku, sebelum mengambil entung harus melihat dulu daun jati yang sudah bolong. Itu berarti, kemungkinan besar di bawah daun jati terlihat adanya kepompong.

"Baru saya pilahi satu per satu. Saya ambil dan saya pisahkan," tambahnya.

Menurutnya, jika sudah terkumpul hasil buruannya tersebut bisa dikonsumsi sendiri.

"Ya dimasak sama keluarga di rumah. Buat lauk sendiri, kan enak," klaimnya.

Namun jika ada yang memesan entung atau kepompong jati tersebut, Ia kemudian memanfaatkannya untuk menjualnya. Apalagi jika tetangganya mau membeli hasil berburu kepompongnya.

Baca juga:
755 Penerima SK PPPK Pemkab Ponorogo Dilantik, Kecuali 4 Orang Ini

"Ya saya jual lah. Satu gelasnya saya hargai Rp 10 ribu," urainya.

Sementara, pencari kepompong lainnya, Tuniah mengatakan sengaja berburu untuk dijual. Apalagi peminatnya sangat tinggi.

Tuniah menjelaskan, sehari bisa mendapatkan 15-16 gelas. "Itu yang dikonsumsi sendiri 1-2 gelas. Lainnya saya jual," tegasnya.

Menurutnya, ia menjual kepompong biasanya per gelasnya dihargai Rp 10 ribu. "Tetap laku. Malah banyak yang ngantri. Banyak yang tidak sempat," katanya.

 

Baca juga:
TPID Ponorogo Sidak Bulog dan Pasar Tradisional hingga Modern, Ini Hasilnya